Skip to main content

Dulu Dia Anak Perempuan Kesayangan Ayah Ibunya

Seorang ibu dulunya adalah seorang anak dalam pelukan dan kasih sayang kedua orangtuanya. Hari-hari tak pernah lekang dari doa dan pengawasan Ayah dan Ibunya. Masih kecil dimanja dan dihujani ribuan perhatian. Saat remaja dijaga betul agar tak salah pilih teman dan jalan. Menjelang dewasa, ia tetaplah anak perempuan kesayangan kedua orangtuanya. 

Tiba waktu menikah dengan lelaki pilihannya, ia dilepas dengan penuh keikhlasan dan kekuatan oleh Ayah dan Ibunya. Tanggungjawab Ayah sudah berpindah, tapi cintanya Ayah tak pernah berubah. Anak perempuan kesayangan Ibu tak lagi di rumah, tapi doa-doa tak pernah henti dilafalkan. Anak perempuan itu mengerti bahwa hidupnya yang baru akan dimulai sebab itu ia tak putus meminta doa dan restu kedua orangtua. 

Akhirnya, ia menjadi seorang istri dari lelaki yang belum lama ia kenal. Pilihannya jatuh pada lelaki itu karena ia yakin lelaki itu adalah takdir terbaik yang Allah tetapkan untuknya. Ia meyakini jalan hidupnya akan bahagia dan semakin dekat dengan Ilahi sepanjang mengarungi bahtera rumah tangga bersama laki-laki yang ia sebut suami. 

Pastilah kebahagiaan tak terkira bagi Ayah dan Ibu si Perempuan jika sang Menantu bisa menyayangi anak perempuan mereka sepenuh kasih. Ayah bersyukur sebab anak kesayangannya kini dijaga oleh orang yang tepat. Ibu bersyukur sebab anak gadis temannya biasa bercerita dan berbelanja, kini sudah punya teman bercerita yang tepat. 

Perempuan itu sudah menjadi istri. Suka duka dalam berumahtangga sudah ia rasakan. Ia bertambah dewasa dan semakin dewasa seiring kekuatan hatinya menjalani perannya sebagai istri dan memaknai segala suka duka itu. Dia mengerti apa yang perlu dibicarakan pada orang lain dan mana yang tidak perlu, pun pada kedua orangtua. Hal-hal bahagia tentu bisa dibagi-bagi, tapi yang kadang membuat duka dan rasa pahit mesti dirahasiakan. Dia tahu, dalam rumah tangga, suami istri harus saling menjaga satu sama lain. Dia sangat tahu, suami istri sejatinya saling melengkapi kekurangan dan kelebihan satu sama lain. 

Seiring waktu, dia kini menjadi seorang Ibu yang bekerja. Perannya sebagai perempuan bertambah. 


Comments

Popular posts from this blog

Atasi Stres dengan To Do List

Sebagian orang pernah berada di kondisi sedang banyak beban dan tekanan. Jika mahasiswa, biasanya beban atau tekanan itu berupa tugas dari dosen yang lumayan banyak. Jika pekerja, tentu beban seputar pekerjaan. Jika seorang ibu rumah tangga, beban dan tekanan itu berasal dari pekerjaan dan urusan di rumah yang tidak ada habisnya. Nah, bagaimana dengan Anda? Tekanan atau beban apa yang biasanya menghampiri hidup Anda?  Tekanan atau beban yang tidak terkendali ini biasanya akan membuat seseorang stres dan bisa berdampak buruk bagi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Menurut UNICEF, stres  adalah perasaan yang kita rasakan saat berada di bawah tekanan, merasa overwhelmed , atau kepayahan menghadapi suatu kondisi. Stres dalam batas tertentu bisa memberi efek positif dan memotivasi kita untuk meraih suatu tujuan. Namun, stres yang berlebihan, apalagi jika terasa sulit diatasi, dapat berdampak negatif terhadap suasana hati, kesehatan fisik dan mental, dan hubungan kita dengan

Selalu Peringkat 1

My first son , Fatih, kali pertama terima raport sebagai anak SD. Rasanya semua ibu pasti sama deg-degan, bahagia dan harunya menerima laporan hasil belajar dan prestasi anaknya di sekolah seperti saya. Di balik rasa itu ada hasil refleksi diri yang bikin tambah haru: "Ya Allah, rupanya anak kami sudah SD sekarang. Semoga kami Engkau mudahkan menyekolahkan mereka setinggi mungkin di sekolah terbaik." Jadi, Fatih sekarang sekolah di salah satu SDIT dekat rumah. Dari zaman aku masih S1, aku memang udh niat sekali bakal sekolahin anak-anak aku kelak di sekolah ini. Kenapa sampai segitunya? Karena aku lihat para guru di sana terjaga ibadah dan hafalannya. Para gurunya juga punya guru yg membimbing ibadah dan amalan yaumiahnya. Automatically , akhlak dan ibadah anak-anak di sekolah ini juga dikontrol sepenuh hati oleh para ustadzahnya. Gimana gak tertarik coba. Alhamdulillah, niat ini kesampaian bersamaan dengan harapan yang lain.  Dari awal udah tahu sih kalau di sekolah ini gak

Tentang Sebuah Penerimaan Paling Berharga

Sampai hari ini tentu sudah tak terhitung orang yang bertemu dan berinteraksi dengan kita. Begitu juga mungkin dengan orang-orang yang tetap terjalin dan terjaga komunikasinya dengan kita, misalnya sahabat. By the way, konon katanya mereka yang introvert, punya sedikit teman dekat tapi awet dan mereka nyaman dengan itu.  Di antara orang-orang yang "terkoneksi" dengan hidup kita pastilah mereka hadir dengan karakter, sifat, dan sikapnya masing-masing. Pada masanya, kita pun akan punya pandangan dan penilaian khusus tentang mereka dalam banyak hal, termasuk perihal penerimaan mereka atas diri kita. Namun, apapun pandangan orang lain tentang diri kita, yang paling berharga adalah bagaimana kita menilai diri kita sendiri. Bagaimana kita dengan tulus menerima diri kita sendiri. Sebuah penerimaan yang berharga bukanlah dari orang lain, tapi dari diri kita sendiri. Kelak, saat kita berharap pada orang lain, kita tidak terlalu kecewa jika harapan itu tidak tercapai. Nanti