Skip to main content

3 Manfaat Menulis Bagi Ibu

Dalam KBBI, salah satu pengertian dari menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Bagi seorang ibu melahirkan  pikiran atau perasaan ke dalam sebuah tulisan tentu akan menjadi kegiatan yang menyenangkan dan menyehatkan. Menulis bisa menjadi me time bagi ibu di saat penat dan lelah sudah datang. Menulis akhirnya seperti sedang mengistirahatkan pikiran dan perasaan yang kacau atau sebaliknya ke dalam sebuah tulisan di dalam sebuah buku harian atau mungkin di media sosial. 

Ibu tidak perlu mengeluarkan biaya apapun untuk melakukan kegiatan ini. Di rumah saat membersamai anak bermain, ibu bisa melakukannya. Saat anak-anak tidur, tentu akan menjadi waktu yang tepat bagi ibu yang suka dengan ketenangan saat menulis. 

Kenapa menulis atau menuangkan pikiran ke dalam sebuah tulisan perlu dilakukan oleh seorang ibu? Berikut 3 manfaat menulis yang bisa menjawab pertanyaan ini. 

1. Menulis membuat pikiran dan perasaan ibu bahagia
Ibu dengan segala kesibukannya di rumah dan mungkin di tempat bekerja jika bekerja kadang tidak punya teman untuk berbagi cerita, keluh kesah, atau suka duka yang ia rasakan. Sejak menjadi ibu bisa dipastikan circle pertemanan menjadi berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali. Suami yang juga bekerja kadang tak punya waktu yang cukup untuk mendengar segala keluh kesah sang istri. Nah, menulislah, wahai ibu! Pikiran dan perasaan kita akan jauh lebih bahagia saat segala keluh kesah atau suka duka kita tuliskan ke dalam sebuah buku harian atau mungkin di media sosial. Menulis di media sosial tentu harus memperhatikan privasi. Jangan sampai kita menulis di media sosial hal-hal pribadi kita tapi membawa dampak negatif bagi diri sendiri dan juga yang membacanya. 


2. Menulis Sebagai Media Terapi
Kita bisa lihat berita atau informasi yang menggambarkan bahwa ibu termasuk yang paling banyak mengalami gangguan mental atau depresi. Kesehatan mental seorang ibu tidak bisa diabaikan oleh siapapun karena dampaknya besar terhadap keberlangsungan sebuah keluarga. Keluarga bahagia karena ada ibu yang bahagia di dalamnya. Ada ibu yang merasa didukung dan dipedulikan oleh semua anggota keluarga. Maka menulis bisa menjadi media terapi yang tepat bagi para ibu yang ingin tetap terjaga kesehatan mentalnya. Karena saat menulis, ibu sebenarnya sedang mengeluarkan segala macam bentuk perasaan dan pikiran yang selama ini hanya tersimpan dan tidak bisa disampaikan ke orang lain. Sebuah buku harian atau media menulis lainnya akan menjadi teman paling setia untuk mendengarkan segala keluh kesah ibu. 


3. Menulis Itu Menghasilkan
Saat seorang ibu mulai terbiasa menulis dan mau berbagi tulisannya di media sosial, sebenarnya tulisan tersebut sudah menghasilkan. Minimal menghasilkan pahala karena barangkali tulisan tersebut membawa perubahan kebaikan bagi hidup orang yang membacanya. Sebuah tulisan ketika dibaca oleh banyak orang dan menginspirasi pembacanya untuk melakukan kebaikan tentu akan menjadi sebuah amal jariyah. 
Bagi ibu yang pandai memanfaatkan media sosial, tulisannya tentu juga akan menghasilkan cuan tambahan. Berawal dari hanya sebuah kebiasaan menulis dan akhirnya menghasilkan cuan tambahan yang lumayan jika dilakukan dengan konsisten. Untuk menghasilkan cuan tambahan, ibu bisa memanfaatkan blog sebagai salah satu medianya. Agar konsisten menulis dan akhirnya mengasilkan, ibu bisa bergabung dengan komunitas blogger yang ada di sekitar kita. Medan punya komunitas Blogger Medan, bagaimana di kota ibu?

Sebenarnya masih ada banyak manfaat menulis bagi para ibu. 3 manfaat di atas saya anggap yang paling penting untuk dibaca dan diketahui. Menulis tidak pernah membuat seseorang tersesat atau merasa membuang-buang waktu. Menulis selalu menjadi kegiatan mengasyikkan untuk menjadi diri sendiri dan menjadi apa yang kita mau. Ibu bisa menuliskan segala macam kekhawatiran dalam sebuah tulisan tapi jangan lupa menuliskan segala harapan baik sesudahnya. Harapan yang kita tulis itu sebenarnya adalah doa-doa yang sedang dilihat dan didengar oleh Allah. Pada waktunya akan diperkenankanNya dengan cara yang tak terduga sama sekali. 

Selamat menulis, para ibu. Selamat bersenang-senang dalam setiap kalimat yang akan kalian tuliskan. ✍️






Comments

Popular posts from this blog

Atasi Stres dengan To Do List

Sebagian orang pernah berada di kondisi sedang banyak beban dan tekanan. Jika mahasiswa, biasanya beban atau tekanan itu berupa tugas dari dosen yang lumayan banyak. Jika pekerja, tentu beban seputar pekerjaan. Jika seorang ibu rumah tangga, beban dan tekanan itu berasal dari pekerjaan dan urusan di rumah yang tidak ada habisnya. Nah, bagaimana dengan Anda? Tekanan atau beban apa yang biasanya menghampiri hidup Anda?  Tekanan atau beban yang tidak terkendali ini biasanya akan membuat seseorang stres dan bisa berdampak buruk bagi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Menurut UNICEF, stres  adalah perasaan yang kita rasakan saat berada di bawah tekanan, merasa overwhelmed , atau kepayahan menghadapi suatu kondisi. Stres dalam batas tertentu bisa memberi efek positif dan memotivasi kita untuk meraih suatu tujuan. Namun, stres yang berlebihan, apalagi jika terasa sulit diatasi, dapat berdampak negatif terhadap suasana hati, kesehatan fisik dan mental, dan hubungan ki...

Tentang Sebuah Penerimaan Paling Berharga

Sampai hari ini tentu sudah tak terhitung orang yang bertemu dan berinteraksi dengan kita. Begitu juga mungkin dengan orang-orang yang tetap terjalin dan terjaga komunikasinya dengan kita, misalnya sahabat. By the way, konon katanya mereka yang introvert, punya sedikit teman dekat tapi awet dan mereka nyaman dengan itu.  Di antara orang-orang yang "terkoneksi" dengan hidup kita pastilah mereka hadir dengan karakter, sifat, dan sikapnya masing-masing. Pada masanya, kita pun akan punya pandangan dan penilaian khusus tentang mereka dalam banyak hal, termasuk perihal penerimaan mereka atas diri kita. Namun, apapun pandangan orang lain tentang diri kita, yang paling berharga adalah bagaimana kita menilai diri kita sendiri. Bagaimana kita dengan tulus menerima diri kita sendiri. Sebuah penerimaan yang berharga bukanlah dari orang lain, tapi dari diri kita sendiri. Kelak, saat kita berharap pada orang lain, kita tidak terlalu kecewa jika harapan itu tidak tercapai. Nanti...

Cerita Ramadhan dari Rumah Kami

Ada anak-anak yang hampir melewati golden age-nya, lalu ada saya dan suami yang sudah 7 tahun lebih hidup bersama. Maka, kali ini, Ramadhan yang sedang dilalui terasa berbeda dari sebelumnya. Tulisan kali ini adalah cerita Ramadhan dari rumah kami.  1. Fatih, pejuang puasa yang tangguh.  Ramadhan tahun lalu, Fatih sudah kami latih untuk sahur dan puasa. Tidak dipaksa karena usianya waktu itu masih usia anak TK. Jam 12 siang, kami bolehkan dia berbuka. Tahun ini, dia adalah pejuang puasa yang tangguh. Alhamdulillah, sampai hari ini baru 1 kali tak puasa karena sakit. Tarawihnya pun selalu dilakukan dengan semangat di masjid. Masya Allah, tabarakallah. Hal yang bagi saya juga menakjubkan, Fatih tak terlalu ngotot harus berbuka dengan aneka macam makanan/jajanan luar rumah. Namun, sesekali dia akan bertanya apakah boleh buka dengan ini dan itu. Tapi yang pasti, Ramadhan kali ini, berbuka dengan air putih hangat, kurma dan beberapa macam buah sudah menyenangkan bagi Fa...