Skip to main content

Tentang Sebuah Penerimaan Paling Berharga

Sampai hari ini tentu sudah tak terhitung orang yang bertemu dan berinteraksi dengan kita. Begitu juga mungkin dengan orang-orang yang tetap terjalin dan terjaga komunikasinya dengan kita, misalnya sahabat. By the way, konon katanya mereka yang introvert, punya sedikit teman dekat tapi awet dan mereka nyaman dengan itu. 


Di antara orang-orang yang "terkoneksi" dengan hidup kita pastilah mereka hadir dengan karakter, sifat, dan sikapnya masing-masing. Pada masanya, kita pun akan punya pandangan dan penilaian khusus tentang mereka dalam banyak hal, termasuk perihal penerimaan mereka atas diri kita.

Namun, apapun pandangan orang lain tentang diri kita, yang paling berharga adalah bagaimana kita menilai diri kita sendiri. Bagaimana kita dengan tulus menerima diri kita sendiri. Sebuah penerimaan yang berharga bukanlah dari orang lain, tapi dari diri kita sendiri. Kelak, saat kita berharap pada orang lain, kita tidak terlalu kecewa jika harapan itu tidak tercapai. Nanti, waktu kita tahu betapa berbedanya seseorang saat di depan dan di belakang kita, kita tidak ambil pusing dan buang-buang waktu memikirkannya. 

Itu juga sebabnya kita perlu punya sahabat/teman yang tidak insecure dengan segala kelebihan dan kekurangan kita. Sahabat/teman yang menerima kita apa adanya. Bersamanya kita aman, begitu pun saat dia di belakang/tidak bersama kita. Di mana pun dan kapan pun memberikan dukungan dan pertimbangan untuk setiap yang kita lakukan. Bagi saya, ketika ada seseorang mengatakan dia merasa insecure dengan kelebihan atau kekurangan kita, maka cukup jadikan dia teman saja atau tidak sama sekali. 

Hai sahabat, tiba-tiba aku merindukan kalian. ❤☕

-23012023-

Comments

  1. Bener juga sih. Sahabat itu harusnya jangan insecure dengan sahabatnya sendiri. Ujung-ujungnya jadk bersaing.

    ReplyDelete
  2. Ketika kita menerima diri kita, masa perasaan cukup itu pun datang. Tapi sebaliknya, kita selalu merasa tak diterima orang lain, padahal mungkin kita yang belum bisa menerima diri kita... Kira kira begitu ya. .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yups, rin. Kenali dan terima diri kita sendiri dulu 😁

      Delete
  3. Makin bertambah umur, kesibukan dan lain lain memang jadi bikin kita jadi kadang terputus silahturahmi sama sahabat yang dulunya dekat ya kak,,, tapi semoga ya kak apapun yang terjadi walopun mereka jauh atau jarang berkomunikasi tapi tetap selalu dihati.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga. Tapi ya yg namanya sahabat, selama apapun tidak komunikasi atau ketemu, insya Allah kedekatan emosional tetap sama

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Atasi Stres dengan To Do List

Sebagian orang pernah berada di kondisi sedang banyak beban dan tekanan. Jika mahasiswa, biasanya beban atau tekanan itu berupa tugas dari dosen yang lumayan banyak. Jika pekerja, tentu beban seputar pekerjaan. Jika seorang ibu rumah tangga, beban dan tekanan itu berasal dari pekerjaan dan urusan di rumah yang tidak ada habisnya. Nah, bagaimana dengan Anda? Tekanan atau beban apa yang biasanya menghampiri hidup Anda?  Tekanan atau beban yang tidak terkendali ini biasanya akan membuat seseorang stres dan bisa berdampak buruk bagi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Menurut UNICEF, stres  adalah perasaan yang kita rasakan saat berada di bawah tekanan, merasa overwhelmed , atau kepayahan menghadapi suatu kondisi. Stres dalam batas tertentu bisa memberi efek positif dan memotivasi kita untuk meraih suatu tujuan. Namun, stres yang berlebihan, apalagi jika terasa sulit diatasi, dapat berdampak negatif terhadap suasana hati, kesehatan fisik dan mental, dan hubungan ki...

Cerita Ramadhan dari Rumah Kami

Ada anak-anak yang hampir melewati golden age-nya, lalu ada saya dan suami yang sudah 7 tahun lebih hidup bersama. Maka, kali ini, Ramadhan yang sedang dilalui terasa berbeda dari sebelumnya. Tulisan kali ini adalah cerita Ramadhan dari rumah kami.  1. Fatih, pejuang puasa yang tangguh.  Ramadhan tahun lalu, Fatih sudah kami latih untuk sahur dan puasa. Tidak dipaksa karena usianya waktu itu masih usia anak TK. Jam 12 siang, kami bolehkan dia berbuka. Tahun ini, dia adalah pejuang puasa yang tangguh. Alhamdulillah, sampai hari ini baru 1 kali tak puasa karena sakit. Tarawihnya pun selalu dilakukan dengan semangat di masjid. Masya Allah, tabarakallah. Hal yang bagi saya juga menakjubkan, Fatih tak terlalu ngotot harus berbuka dengan aneka macam makanan/jajanan luar rumah. Namun, sesekali dia akan bertanya apakah boleh buka dengan ini dan itu. Tapi yang pasti, Ramadhan kali ini, berbuka dengan air putih hangat, kurma dan beberapa macam buah sudah menyenangkan bagi Fa...