My first son, Fatih, kali pertama terima raport sebagai anak SD. Rasanya semua ibu pasti sama deg-degan, bahagia dan harunya menerima laporan hasil belajar dan prestasi anaknya di sekolah seperti saya. Di balik rasa itu ada hasil refleksi diri yang bikin tambah haru: "Ya Allah, rupanya anak kami sudah SD sekarang. Semoga kami Engkau mudahkan menyekolahkan mereka setinggi mungkin di sekolah terbaik."
Jadi, Fatih sekarang sekolah di salah satu SDIT dekat rumah. Dari zaman aku masih S1, aku memang udh niat sekali bakal sekolahin anak-anak aku kelak di sekolah ini. Kenapa sampai segitunya? Karena aku lihat para guru di sana terjaga ibadah dan hafalannya. Para gurunya juga punya guru yg membimbing ibadah dan amalan yaumiahnya. Automatically, akhlak dan ibadah anak-anak di sekolah ini juga dikontrol sepenuh hati oleh para ustadzahnya. Gimana gak tertarik coba. Alhamdulillah, niat ini kesampaian bersamaan dengan harapan yang lain.
But it's not a problem dan aku mendukung sepenuhnya sistem pembelajaran dan penilaian di sekolah
ini. Nah, jd ceritanya Fatih Alhamdulillah dapat nilai yang membuat Ummi Abinya bangga dan bersyukur. Nilai A utk semua indikator kognitif dan psikimotorik. Di afektif karena memang masih kelas 1 dan perlu pembiasaan, nilainya variatif, ada A dan beberapa B.
Portofolio pekerjaan Fatih dari mulai masuk sampai UAS diberikan kepada kami. Pencapaian anak di raport ditulis dengan detail dan rinci, termasuk raport perkembangan tahfidz dan tahsinnya. Kami juga bisa melihat lembar jawaban UAS Fatih dan nilainya. Menakjubkan. Perihal tahfidz dan tahsinnya, Fatih termasuk anak yg mencapai target baik per bulan atau di semester 1 ini. Masya Allah tabarakallah, semoga senantiasa menjadi anak sholeh dan berprestasi ya Bang Fatih.
Aku hanya seorang ibu yang belajar untuk senantiasa menceritakan kebaikan-kebaikan (bukan keburukan) anaknya agar menjadi doa yang melangit, agar semesta turut mengaminkan. Bagaimana pun dunia menilai seorang anak, di hati ibu dan ayahnya, anaknya selalu yang terbaik. Selalu peringkat 1.
semacam review sekolah nih, dan kasih pengalaman sekolahin anak di SDIT, beberapa teman juga hampir kebanyakan SDIT ternyata keren ya, melibatkan orang tua juga ikut andil perkembangan anak
ReplyDeleteIya, biarpun uang sekolahnya katanya lbh mahal dr yg lain, tp insya Allah sepadan dgn fasilitas, kenyamanan dan keunggulannnya.
DeleteKurikulum merdeka saat ini juga tidak menggunakan sistem ranking. Walopun ada beberapa sekolah seperti sekolah anakku masih menggunakan ranking juga. Dan kantorku juga memberi beasiswa ke anak karyawan masih berdasarkan ranking. Hehehe
ReplyDeleteSekolah ini memang udah lama nerapin sistem tanpa ranking krn sekolah menganggap kalau setiap anak itu juara di bidangnya masing².
DeleteEnaknya kalau kantor kasih beasiswa utk anak karyawan ya. ☺
Wah, ternyata sama kita ya fit
ReplyDeleteFirst time ambil rapot anak. Rasanya gmna gtu, pdhal pas ambil rapot suasana nya santai2 aja
Krna kami para ortu d duduk kn bareng, gk ngobrol satu per satu. Tp iqbal jg alhamdulillah bagus belajarnya d skolah
.bisa mengikuti
Alhamdulillah, dewi, ikut senang dengarnya, smg Iqbal makin semangat sekolahnya. 🤗
DeleteSaat ini sdit adalah salah satu solusi kalau anak gak masuk pesantren, sdit juga bagus bagus sekarang :)
ReplyDeleteIya, SDIT skrg alhamdulillah punya program yg bagus, ilmu umum dan agama seimbang. Tp tetap aja kayaknya nanti anak² di rumah bakal dimasukkan pesantren setelah kelas 6 🤭
DeleteMau juara atau tidak anak di sekolah, mereka tetap rangking 1 di hati Ibundanya. Aku jadi penasadan kak, sekolah apa sih ini? Jika memang sekolahnya tidak menerapkan rangking, itu artinya mereka paham betul bahwa tidaklah tepat mengkotak-kotakkan kemampuan anak dengan angka-angka yg sifatnya subjektif bukan objektif lagi..
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
Delete