Skip to main content

Tentang 3 Nikmat

Tidak sepintar dan sehebat Ibnu Sina hingga dijuluki Bapak Pengobatan Modern dan menghasilkan banyak tulisan bermutu dan menyejarah. Tidak serajin dan seulet Abu Musa Jabir bin Hayyan yang di dunia Barat dikenal dengan nama Geber sehingga ia menjadi perintis hukum perbandingan tetap. Saya pun masih jauh dari kepiawaian Sapardi Djoko Damono dalam meramu kata hingga menjadi syair-syair yang begitu lekat di hati pembaca. Belum sebijak Anda yang membaca tulisan ini dalam memahami dan menyikapi banyak hal dalam hidup. Saya masih jauh dari semuanya dan perlu banyak belajar untuk bisa sampai ke sana.

Saya menyimpulkan ada 3 hal yang menjadi senjata sosok-sosok di atas hingga mereka bisa hebat di bidangnya masing-masing, yaitu belajar, membaca, dan menulis. Saya sebut ketiganya adalah nikmat hidup terbesar dalam hidup seseorang. Ketiganya membuat seseorang ada, jadi dan ke mana-mana. Ada sepanjang sejarah, menjadi pengukir sejarah, dan mengantarkan langkah hingga ke mana-mana. Ketiganya menjadi rangkaian aktivitas yang saling mempengaruhi , hingga saya mengerti bahwa mereka yang menulis adalah mereka yang belajar dan membaca. Bukan belajar jika tidak membaca dan tak ada tulisan (yang baik) jika tidak membaca.

Saya termasuk yang mencintai ketiga hal itu (belajar, membaca, dan menulis) dan masih dalam taraf berusaha semaksimal mungkin agar ketiganya mendarah daging. Saya bersyukur Allah menumbuhkan kecintaan di dalam hati saya pada BMM. Segala puji bagi Allah, teknologi yang berkembang saat ini cukup memudahkan. Belajar tidak lagi sebatas membaca buku manual, tapi bisa dengan gadget yang terhubung dengan internet. So, kita bisa BMM di mana-mana dan kapan saja. Pelan-pelan, semoga kita pun memahami bahwa tidak semua yang selalu memegang gadget everytime and everywhere adalah perbuatan yang kurang baik atau pamer, karena bisa jadi sebenarnya ia sedang BMM.

Cinta kadang memang membuat kita galau. Kecintaan terhadap BMM juga sering membuat saya galau setiap kali saya sadar ada hari-hari yang terlewati tanpa BMM. Kegalauan lain adalah ketika sudah melihat dan membuka lemari buku. Habis lihat dan buka lemari buku, terbitlah kalimat “so many books, so little time.” Kegalauan seperti ini sebenarnya memang perlu dilestarikan kan? =D Kalau sudah galau begitu, maka saya ambil satu dari banyak buku “yang berteriak” minta dibaca walaupun tidak langsung habis dibaca dalam sekali duduk. Kegalauan yang lain adalah ketika melihat atau mendengar ada kawan-kawan yang dapat tawaran ini dan itu atau karyanya terbit di koran atau penerbit sehingga muncul hasad. =D Kegalauan dan hasad seperti ini dibolehkan dalam Islam sepanjang kegalauan ini semakin memotivasi kita untuk bisa lebih baik.

“Hasad tidak diperbolehkan kecuali dalam dua hal, iri hati pada orang yang dianugerahi Allah harta yang banyak lalu digunakan untuk kepentingan kebenaran dan iri hati kepada orang yang dianugerahi Allah banyak ilmu lalu ia mengamalkan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain.” (HR. Muslim :1350)

Sepenuh syukur kepadaNya, saya senang punya rasa cinta terhadap BMM. Saya pun bersyukur punya keluarga dan teman-teman yang mendukung dan memiliki kecintaan yang sama. Sebagai seorang perempuan, saya menyadari bahwa BMM ini harus menjadi sebuah kebiasaan yang mendarah daging. Ada waktunya perempuan akan menjadi seorang Ibu dan seorang Ibu harus banyak membaca agar mudah dalam mendidik anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah kelak. Saling mendoakan ya agar BMM ini menjadi budaya di diri kita, juga bangsa ini.

Comments

Popular posts from this blog

Atasi Stres dengan To Do List

Sebagian orang pernah berada di kondisi sedang banyak beban dan tekanan. Jika mahasiswa, biasanya beban atau tekanan itu berupa tugas dari dosen yang lumayan banyak. Jika pekerja, tentu beban seputar pekerjaan. Jika seorang ibu rumah tangga, beban dan tekanan itu berasal dari pekerjaan dan urusan di rumah yang tidak ada habisnya. Nah, bagaimana dengan Anda? Tekanan atau beban apa yang biasanya menghampiri hidup Anda?  Tekanan atau beban yang tidak terkendali ini biasanya akan membuat seseorang stres dan bisa berdampak buruk bagi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Menurut UNICEF, stres  adalah perasaan yang kita rasakan saat berada di bawah tekanan, merasa overwhelmed , atau kepayahan menghadapi suatu kondisi. Stres dalam batas tertentu bisa memberi efek positif dan memotivasi kita untuk meraih suatu tujuan. Namun, stres yang berlebihan, apalagi jika terasa sulit diatasi, dapat berdampak negatif terhadap suasana hati, kesehatan fisik dan mental, dan hubungan ki...

Tentang Sebuah Penerimaan Paling Berharga

Sampai hari ini tentu sudah tak terhitung orang yang bertemu dan berinteraksi dengan kita. Begitu juga mungkin dengan orang-orang yang tetap terjalin dan terjaga komunikasinya dengan kita, misalnya sahabat. By the way, konon katanya mereka yang introvert, punya sedikit teman dekat tapi awet dan mereka nyaman dengan itu.  Di antara orang-orang yang "terkoneksi" dengan hidup kita pastilah mereka hadir dengan karakter, sifat, dan sikapnya masing-masing. Pada masanya, kita pun akan punya pandangan dan penilaian khusus tentang mereka dalam banyak hal, termasuk perihal penerimaan mereka atas diri kita. Namun, apapun pandangan orang lain tentang diri kita, yang paling berharga adalah bagaimana kita menilai diri kita sendiri. Bagaimana kita dengan tulus menerima diri kita sendiri. Sebuah penerimaan yang berharga bukanlah dari orang lain, tapi dari diri kita sendiri. Kelak, saat kita berharap pada orang lain, kita tidak terlalu kecewa jika harapan itu tidak tercapai. Nanti...

Cerita Ramadhan dari Rumah Kami

Ada anak-anak yang hampir melewati golden age-nya, lalu ada saya dan suami yang sudah 7 tahun lebih hidup bersama. Maka, kali ini, Ramadhan yang sedang dilalui terasa berbeda dari sebelumnya. Tulisan kali ini adalah cerita Ramadhan dari rumah kami.  1. Fatih, pejuang puasa yang tangguh.  Ramadhan tahun lalu, Fatih sudah kami latih untuk sahur dan puasa. Tidak dipaksa karena usianya waktu itu masih usia anak TK. Jam 12 siang, kami bolehkan dia berbuka. Tahun ini, dia adalah pejuang puasa yang tangguh. Alhamdulillah, sampai hari ini baru 1 kali tak puasa karena sakit. Tarawihnya pun selalu dilakukan dengan semangat di masjid. Masya Allah, tabarakallah. Hal yang bagi saya juga menakjubkan, Fatih tak terlalu ngotot harus berbuka dengan aneka macam makanan/jajanan luar rumah. Namun, sesekali dia akan bertanya apakah boleh buka dengan ini dan itu. Tapi yang pasti, Ramadhan kali ini, berbuka dengan air putih hangat, kurma dan beberapa macam buah sudah menyenangkan bagi Fa...