Seorang ibu dulunya adalah seorang anak dalam pelukan dan kasih sayang kedua orangtuanya. Hari-hari tak pernah lekang dari doa dan pengawasan Ayah dan Ibunya. Masih kecil dimanja dan dihujani ribuan perhatian. Saat remaja dijaga betul agar tak salah pilih teman dan jalan. Menjelang dewasa, ia tetaplah anak perempuan kesayangan kedua orangtuanya. Tiba waktu menikah dengan lelaki pilihannya, ia dilepas dengan penuh keikhlasan dan kekuatan oleh Ayah dan Ibunya. Tanggungjawab Ayah sudah berpindah, tapi cintanya Ayah tak pernah berubah. Anak perempuan kesayangan Ibu tak lagi di rumah, tapi doa-doa tak pernah henti dilafalkan. Anak perempuan itu mengerti bahwa hidupnya yang baru akan dimulai sebab itu ia tak putus meminta doa dan restu kedua orangtua. Akhirnya, ia menjadi seorang istri dari lelaki yang belum lama ia kenal. Pilihannya jatuh pada lelaki itu karena ia yakin lelaki itu adalah takdir terbaik yang Allah tetapkan untuknya. Ia meyakini jalan hidupnya akan bahagia dan semakin dekat
Dalam KBBI, salah satu pengertian dari menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Bagi seorang ibu melahirkan pikiran atau perasaan ke dalam sebuah tulisan tentu akan menjadi kegiatan yang menyenangkan dan menyehatkan. Menulis bisa menjadi me time bagi ibu di saat penat dan lelah sudah datang. Menulis akhirnya seperti sedang mengistirahatkan pikiran dan perasaan yang kacau atau sebaliknya ke dalam sebuah tulisan di dalam sebuah buku harian atau mungkin di media sosial. Ibu tidak perlu mengeluarkan biaya apapun untuk melakukan kegiatan ini. Di rumah saat membersamai anak bermain, ibu bisa melakukannya. Saat anak-anak tidur, tentu akan menjadi waktu yang tepat bagi ibu yang suka dengan ketenangan saat menulis. Kenapa menulis atau menuangkan pikiran ke dalam sebuah tulisan perlu dilakukan oleh seorang ibu? Berikut 3 manfaat menulis yang bisa menjawab pertanyaan ini. 1. Menulis membuat pikiran dan perasaan ibu bahagia